Oleh: Muakrim M Noerz
Soulisa
Dalam buku "Anak Kunci Israel
yang hilang di Indonesia" karya Rabbi Avner yang diterbitkan oleh
Pustaka Salomon, sang penulis seakan-akan ingin menancapkan eksistensi
anggapannya bahwa sebagian penduduk Maluku (Suku Alif'uru) merupakan salah satu dari
suku israel yang hilang (Gad) benarkah demikian adanya??
Sebagai seorang yang gemar akan
menulis saya memaklumi dan menghargai-akan keinginan Rabbi Avner
mengungkapkan apa yang ingin diungkapkannya walaupun sebenarnya terdapat
berbagai hal yang saya anggap rancuh dalam pengulasan sejarah dan ijtihad yang ia
kemukakan. Mengingat saya adalah anak asli maluku, sudah barang tentu ada beberapa hal yang harus saya jadikan
pembanding agar kiranya kawan-kawan yang telah atau ingin membaca buku
tersebut mendapatkan sedikit gambaran mengenai paparan absah dan
tidaknya pemikiran Rabbi Avner tersebut.
- Siapakah orang "Maluku" itu?
- Apakah suku Alif'uru itu?
- Orang Maluku, atau yang daerahnya lebih dikenal dengan julukan "Seribu Pulau" merupakan penduduk yang memiliki keberagaman adat serta budaya, Provinsi Maluku sendiri terletak di bagian timur Indonesia. Secara geografis daerah ini terletak di 3 derajat LU (baca lintang utara) - 9 derajat LS (baca lintang selatan) serta 124-137 derajat bujur timur. Asal-usul penduduk Maluku sendiri sampai saat ini belum ditemukan titik temunya, namun dengan begitu ada beberapa tanggapan para ahli menurut suku yang satu ini (Alif'uru). Penduduk Maluku diperkirakan memasuki kepulauan-Maluku adalah suku-suku bangsa Melanesia. Kemudian masuk pula suku bangsa Melayu lalu Mongoloid. Suku-suku ini kemudian menetap di Negeri Seribu Pulau, kebanyakan dari mereka mendiami pulau-pulau besar, yakni Pulau Seram dan Pulau Halmahera, dan seiring perkembangan waktu mereka kemudian melakukan pengembaraan-pengembaraan ke daerah-daerah lainnya, sebagian dari mereka memilih keluar dari Pulau-pulau yang besar karena sering terjadinya perang antar suku. Daerah baru yang mereka pilih yakni Pulau Ambon atau yang dikenal orang Maluku tempo dulu sebagai Nusa Appono, Pulau buru dan beberapa kepulauan kecil lainnya di bagian Maluku Tenggara Barat Sedangkan menurut sang penulis buku (baca Rabbi Avner) pada halaman 23 dari bukunya ia beranggapan dengan sebuah penelitian yang tidak di jelas asal-usulnya, bahkan nama peneliti / kelompok peneliti itu sendiri tidak ditulis (ini merupakan sebuah pendalaman kasus sejarah yang seharusnya dihindari oleh sang penulis, sekalipun inti dari buku-nya seakan-akan mengaburkan inti dari maksud yan sebenarnya 'bukan mengajak berfikir tapi seakan-akan men-just langsung bahwa Alif'uru adalah Suku Gad') Pada halaman 23 tersebut ia mengaitkan bahwa kata "Maluku" berasal dari nama seorang Israel "Etan bin Kisi abdi bin Malukh" yang ditugaskan Nabi Daud untuk memimpin puji-pujian di rumah Tuhan/kemah suci, dari hal itu ia kemudian (Rabbi Avner) mengaitkannya dengan seni musik dan seni suara yang menjadi kegemaran orang Maluku. Perlu kita ingat bahwa pada jaman penyebaran suku yang paling purba-sekali-pun mereka telah mengenal alat, serta cara bernyanyi. khususnya untuk orang Maluku hal itu digunakan/dipakai pada saat berburu (bahasa sehari-hari orang maluku menyebutnya Huele yang artinya berteriak atau memanggil) sedangkan alat musiknya yakni Tahuri (terbuat dari kerang yang dilubangi- cara penggunaannya yakni ditiup) seiring perkembangan waktu, hal itu kemudian digunakan untuk ritual adat-selain berburu tentunya.
Saya perlu meluruskan bahwa kata "Maluku" sebenarnya berasal dari bahasa Aram/Arab (Al Mulk) yang artinya kerajaan. Apa yang saya ungkapkan tentunya bukan refleksi sejarah tanpa fakta seperti fakta dan perkiraan yang diangkat oleh Rabbi Avner.
Di Maluku Utara "Maluku" disebut Maloko Kie Raha, di dataran Jazirah Leihitu (Pesisir utara Pulau Ambon) mereka menyebut Al-Mulk, di pesisir seram (Hunimual, Latu), Pulau Saparua (Siri-sori) Pulau Haruku (Pelauw, Kailolo, Ruhmoni, Kabau), mereka juga mengenal sebutan yang sama "lA-mulk." Sedangkan untuk kawasan masyarakat maluku yang ber-Agama Kristen, mereka justeru lebih mengenal kata Mollucas, Molucen, yang berasal dari bahasa kaum kolonial, dan telah diketahui oleh umum bahwa kata Al-mulk merupakan bahasa arab, bukan-nya bahasa Ibrani yang digunakan oleh Suku Israel pada masa itu. Menurut saya apabila Rabbi Avner ingin menggabungkan fakta sejarah dengan mengulik Kitab Suci maka sebaiknya hal itu juga dilandasi dengan bukti-bukti otentik bukannya hanya perkiraan tanpa delik yang jelas-hal itu terbukti dengan upaya-nya mengangkat Ayat-ayat suci kemudian dengan segala cara dan ramuan, pemikiran pembaca coba untuk diarahkannya untuk memperoleh kesimpulan bahwa salah satu Suku dari bangsa Israel adalah Suku Alif'uru. Tapi hal itu tidak perlu untuk kita perdebatkan, mengingat kebebasan dalam menulis harus sama-sama kita junjung-namun tentunya harus dalam ranah yang tepat. Penulis juga mengangkat tentang seluk beluk masuknya Suku yang mendiami Maluku-yakni pada halaman 13. Ia mengemukakan bahwa bangsa Eropa dan Timur Tengah juga masuk dan mendiami kepulauan Maluku, dalam hal ini mereka melakukan kegiatan perdagangan serta penyebaran Agama, namun perlu kita ingat bahwa rentan waktu masuknya bangsa Eropa dan bangsa Timur Tengah -dengan Bangsa Melanesia, Mongoloid, dan Melayu sangat terlampau jauh jaraknya. Dan jika memang ada dari mereka yang merupakan suku Gad (Salah satu dari suku Israel) yang datang ke Maluku, maka bukan berarti bahwa suku Alif'uru adalah Suku Gad seperti yang diperkirakan oleh Rabbi Avner, karena sudah menjadi hal umum bahwa Orang yang datang ke Maluku setelah kedatangan Suku Melanesia, Melayu dan Mongoloid-mereka ini lebih memilih daerah pesisir sebagai tempat tinggal karena mereka tidak akan mau memilih hidup bercampur baur dengan Suku Alif'ru yang terkenal dengan kebiasaan berperangnya.
2. Apakah Alif'uru itu?
Kata "Alif''uru" berasal dari penggabungan 2 suku kata Yakni Alif dari bahas Arab (Satu, Tunggal, Pertama). Sedangkan Uru (Manusia, Orang). Jadi apabila digabungkan, maka kurang lebih artinya adalah: Manusia pertama (yang ada di Maluku)
Yang lebih nyelenehnya Rabbi Avner mengemukakan pada halaman 21 bahwa kata "Ale" (Panggilan orang maluku pada seseorang) merupakan implementasi dari kata "Alif''uru." Perlu saya benahi pemikiran Rabbi Avner ini.
Kata "Ale" sebenarnya adalah panggilan kepada seseorang yang entah itu dikenal atau-pun tidak dikenal, jadi kata "Ale" itu bukanlah seperti yang diungkapkan oleh si penulis buku. Satu hal lagi yang mengharuskan Rabbi Avne banyak belajar tentang Maluku adalah asal-usul "Pela" Pela sendiri adalah hubungan kekerabatan orang Maluku yang digagas oleh kaum kolonial guna menghindari pertikaian/perang antar suku yang ada di daerah Maluku pada masa itu. Jadi "Pela" bukanlah sebuah perjanjian damai lantaran umat Kristen merasa terusik dengan penyebutan "Alif'uru" tersebut. Jujur sebagai anak Maluku saya merasa sangat tidak respec dengan pengkaburan sejarah yang terjadi.
Terlepas dari semua kesalahpahaman sejarah yang dilakukan oleh si penulis, maka sebagai seorang yang suka membaca dan gemar menulis maka saya mengucapkan terimakasih karena si penulis telah bersusah payah mengangkat keberadaan Suku Bangsa Kami "Alef''uru" ke atas permukaan. Namun saya juga berharap agar sang penulis dapat lebih aktif dalam mengurai fakta sejarah, bukannya menghubung-hubungkan satu titik dengan titik lainnya dengan pemahaman bahasa yang bisa kita artikan (Kira-kira, sepertinya, mungkin, siapa tahu, bisa saja).
Terimakasih dan mohon maaf!
3 komentar:
Alifuru.......
Yo maaaaaaan.......... hahahahahahaha Geblek :)
ooh
Posting Komentar