fragmen demi fragmen
lagu dan air mata
protes dan kata-kata
semuanya meletup
tampil meruncing lalu pudar
melompat-lompat meledak lalu melambat
senyap
hilang
tiada
lucu sekali siklus di dalam biji kepala kita
pagi ini
hari kemarin
ribu pagi dari mata bisa menjilat matahari
semejak indra mampu bedakan warna
dan bau
dan bunga
dan darah
sejak itu kita hanya pemandu sorak dalam pesta dukacita
menyaksikan orangorang kalah mengais sisa luka dengan tanya
"luka apa lagi yang tersisa?
kematian bagaimana lagi yang belum ada?"
kau tak bosan dalam lingkaran ini?
katakata mengutuk meletup meruncing pudar melompat meledak lambat senyap hilang
lalu
tiada
Pernah kau berharap bangun suatu pagi lalu ada diantara pengais luka itu?
dengan bunga
dengan cinta
tangan mengawini senjata tepat di gerbangnya
Al-Aqsa
Dzulqa'dah 1440
Tidak ada komentar:
Posting Komentar