Image By : bahasa.aquila-style.com |
Salam lestari….
Bukan maksud saya untuk mengucapkan kata pembuka
di atas ‘Salam Lestari’ sebagai ucapan kekerabatan maupun ikatan antara sesama
Pecinta Alam, namun kata tersebut adalah sebuah pintu gerbang guna membuka wacana
dan wawasan kita bersama mengenai tanggung jawab, identitas, makna dan intisari
dari kata yang selalu kita ucap dan agung-agungkan tersebut.
Dalam
kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI) lestari memiliki pengertian : Tetap seperti keadaannya semula;Bertahan;Kekal.
Dari pengertian lestari di atas, maka kita bisa menarik kesimpulan bahwa kata
yang sering kita ucapkan tersebut menandakan bahwa kita adalah manusia-manusia
yang berusaha untuk menjaga alam beserta dengan isinya, kita adalah kumunitas
yang berusaha untuk melestarikan alam, kita adalah kelompok yang berdiri di
garda depan guna menyokong upaya pelestarian itu sendiri. Kenyataan
yang ada sekarang ini, Pecinta Alam (Person) telah bergeser dari rel-rel dimana
mereka harus berada, dimana mereka harus berpijak dan menebarkan makna dari
kata Pecinta Alam dan makna dari Lestari tersebut.
Image By : akhwatjoy.blogspot.com |
Sebagian
besar dari kita yang mengaku sebagai Pecinta Alam bahkan berbenturan dalam
menyikapi permasalahan Pecinta Alam. Bukan rahasia umum dan tak usah kita
berbohong menutupi aib bahwa kita Pecinta Alam di wilayah ini, (Maluku) terbagi
dalam beberapa segmen. Entah itu karena perbedaan pendapat maupun pola pandang
dalam menyikapi permalsahan yang ada, ataupun ego komunitas. Nah, bukankah
dengan begini kita telah mengabaikan kode etik?
Belakangan
ini saya semakin gusar dengan adanya person-person yang mejadikan alam sebagai
tempat pelampiasan akan penatnya kehidupan, banyak di antara kita yang hanya
menjadikan alam sebagai tempat untuk melakukan ritual Tutup Tahun dan hal-hal
tidak penting lainnya. Sebenarnya hal ini, wajar-wajar saja apabila dibarengi
dengan sikap dan perbuatan yang tetap berpegang teguh dengan kode etik dan
hakekat kita sebagai Pecinta Alam. Saya ambil contoh tentang ritual dan
kebiasaan tutup tahun yang diadakan di salah satu puncak di Kecamatan Leihitu.
Beberapa hari setelah person-person yang membanggakan diri sebagai Pecinta Alam
melakukan acara tutup tahun, saya dan tiga orang kawan dimintai bantuan dari 3
orang teman yang berasal dari Eropa untuk menemani perjalanan mereka ke puncak
tersebut. Sepanjang perjalanan itu pula, saya dan teman-teman harus menanggung
malu lantaran tindakan tidak terpuji yang ditinggalkan oleh person-person yang
membanggakan diri, dan mengaku sebagai Pecinta Alam. Sampah plastik dibiarkan
berserakan di sepanjang jalur pendakian. Hal yang lebih miris terjadi saat kami
tiba di puncak. Sampah plastik dan kaleng-kaleng makanan siap saji berserakan
di mana-mana. Mungkin tidak puas mengotori dengan sampah, person-person tersebut
yang melakukan pendakian juga menebang pohon-pohon di sekitar puncak, hanya
demi bisa menyaksikan pemandangan pesta kembang api di pusat kota dari atas
puncak. Saya lantas berfikir benarkah person-person ini adalah Pecinta Alam?
Dan seketika nalar saya mengatakan “tidak” mereka bukanlah Pecinta Alam, mereka
hanya penikmat alam yang hanya bisa menikmati tanpa perduli dengan sisa-sisa
sampah kebodohan dan perilaku pengrusakan yang ditinggalkan. Dan anehnya lagi ternyata yang selalu melakukan ritual tutup tahun di puncak tersebut adalah salah satu Komunitas Pecinta Alam (nama dirahasiakan), dan mereka pulalah yang memiliki andil mengenai penebangan pepohonan di puncak hanya untuk dapat menyaksikan pemandangan pesta kembang api di pusat kota. Selain itu, pada triangulasi terdapat nama-nama (person) yang melakukan kegiatan Vandalisme beserta nama kumunitas mereka, di antaranya ada komunitas pecinta alam dan komunitas seni. (untuk menjaga nama baik maka dokumentasinya tidak saya lampirkan).
Image By : www.acidatama.co.id |
Yang
lebih menggelitik lagi ada seorang Ketua Umum dari salah satu Pecinta Alam mengatakan (kepada kawan saya)
Image By : aini12165.wordpress.com |
Terlepas
dari semua tulisan panjang lebar ini, saya hanya mengharapkan agar kita dapat
kembali melakukan rekondisi mengenai pemahaman kita terhadap intisari dari
Pecinta Alam yang sebenarnya.
Pecinta
Alam seutuhnya bukanlah mereka yang selalu mendaki gunung, pecinta alam
bukanlah mereka yang hanya haus akan sensasi meningktanya adrenalin. Namun
Pecinta Alam adalah mereka yang peduli terhadap permasalahan lingkungan,
kerusakan alam, permasalahan flora dan fauna hingga permasalahan sosial.
Pecinta Alam bukanlah dia yang selalu mengumbar cerita tentang ganasnya hutan A
atau Gunung B, Pecinta Alam bukanlah dia yang memiliki seabrek perlangkapan
outdoor, Pecinta Alam bukanlah orang yang hanya pandai berpuisi, menulis dan
ber-teaterikal menganai kerusakan lingkungan tanpa terlibat secara langsung
dalam penanganan permasalahan lingkungan tersebut.
Rasa
sedih atas des-orientasi penilaian
terhadap makna dari kata Pecinta Alam sudah pasti dirasakan oleh mereka yang
memang ada dengan niat tulus untuk mengbdi kepada alam dan lingkungan untuk
menjaga, melestarikan dan melindungi. Dan puncak dari kesedihan tersebut
sekiranya akan terus berlanjut apabila kita masih terus dibuat bodoh dengan
pemahaman bahwa Pecinta Alam hanyalah dia yang mampu berpijak di puncak-puncak
tinggi, di kedalaman perut bumi, dia yang pandai berteaterikal mengenai
kerusakan lingkungan dan hal-hal yang bersifat semu.
Mari
buka mata, lihat kedasar hati dan pantulkan suara kedinding daging tak bertuan
milikmu
Bahwa
inti dari pecinta alam bukanlah bertualang
Maluku membutuhkanmu
Aru mengharapkanmu
Dan
tanah-tanah gersang haus akan bibit dari dalam genggammu.
2 komentar:
Izin Share saudara.
Salam Lestari dari Jogja
Izin share... Salam. Lestaro dari lubuklinggau Sumatera Selatan
Posting Komentar